Prof. Dr. Moestopo lahir Ngadiluwih, Kediri pada tanggal 13 Juni 1913. Ayah beliau bernama R. Moetoro Kusumowinoto, seorang pensiunan pembantu Bupati Kediri, sedangkan ibu beliau bernama Ny. Indoen Soekidjah. Kehidupan masa kanak-kanak Moestopo tidaklah secerah anak-anak sebayanya betapa tidak, sejak berusia 5 tahun beliau tinggal di rumah pamannya R. Kusumo Adinoto adik dari ayahnya yang menjabat Bupati Kediri. Moestopo tidak lama tinggal bersama pamannya, setelah masuk di HIS (Hollanschc Indische Skool) Moestopo kembali berada di tengah-tengah kedua orang tuanya, karena ayahanda tercinta meninggal dunia pada saat Moestoo masih duduk di kelas V HIS. Agar Moestopo dapat melanjutkan sekolahnya Beliau dititipkan pada kakak Ibunya yang menjabat Wedana di Plemahan Kediri. Selain bersekolah di HIS pada pagi hari, untuk memperoleh bekal spiritual, Moestopo juga bersekolah di madrasah pada sore hari.
Selama tingal bersama pamannya, Moestopo memeroleh ketrampilan menggembalakan kambing dan menanam sayur-sayuran berupa kubis dan jenis sayur-sayuran lainnya. Bahan sewaktu duduk di kelas VI dan kelas VII HIS, Moestopo menjadi jongos (pembantu) pada kediaman Kepatihan Kediri mulai pukul 21.00 sampai dengan pukul 23.00.
Untuk menambah penghasilannya di samping menjadi jongos di Kepatihan Kediri, maka pada hari Rabu minggu terakhir setiap bulan, Moestopo terpaksa tidak dapat masuk sekolah karena harus bekerja sebagai juru tuls di pasar ternak yang menjual kambing, sapi, dan kerbau. Hal in senantiasa dilakukannya dengan senang hati dan bersungguh-sungguh sesuai dengan keteladanan Thomas A. Edison, penemu listrik yang menjadi idola beliau.
Selepas dari HIS, Moestopo meneruskan sekolahnya ke kelas Voor-Klas Mulo (Persiapan Sekolah Lanjutan Pertama) yang dibiayai bersama oleh saudara misannya, kakaknya dan seorang dermawan yang berasal dari Solo yaitu Raden Mas Supardi, serta oleh kakak iparnya Raden Suadji sampai duduk di kelas II Mulo.
Selama tingal bersama pamannya, Moestopo memeroleh ketrampilan menggembalakan kambing dan menanam sayur-sayuran berupa kubis dan jenis sayur-sayuran lainnya. Bahan sewaktu duduk di kelas VI dan kelas VII HIS, Moestopo menjadi jongos (pembantu) pada kediaman Kepatihan Kediri mulai pukul 21.00 sampai dengan pukul 23.00.
Untuk menambah penghasilannya di samping menjadi jongos di Kepatihan Kediri, maka pada hari Rabu minggu terakhir setiap bulan, Moestopo terpaksa tidak dapat masuk sekolah karena harus bekerja sebagai juru tuls di pasar ternak yang menjual kambing, sapi, dan kerbau. Hal in senantiasa dilakukannya dengan senang hati dan bersungguh-sungguh sesuai dengan keteladanan Thomas A. Edison, penemu listrik yang menjadi idola beliau.
Selepas dari HIS, Moestopo meneruskan sekolahnya ke kelas Voor-Klas Mulo (Persiapan Sekolah Lanjutan Pertama) yang dibiayai bersama oleh saudara misannya, kakaknya dan seorang dermawan yang berasal dari Solo yaitu Raden Mas Supardi, serta oleh kakak iparnya Raden Suadji sampai duduk di kelas II Mulo.
Sumber : Buku Sejarah Berdiri dan Berkembangannya Yayasan Universitas Prof. Dr. Moestopo, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar