Di samping aktif di bidang kemiliteran, Prof. Dr. Moestopo juga turut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan tinggi di Indonesia. Di bidang kedokteran gigi, selain beliau merupakan salah dokter gigi tertua di Indonesia, juga beliau ikut mendirikan berbagai Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia seperti di Universitas Indonesia, Universitas Pajajaran, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara, Universitas Trisakti, dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), sehingga sudah selayaknya bila PDGI (Persatuan Doker Gigi Indonesia) menganugerahkan gelar Bapak Kedokteran Gigi Indonesia kepada belau sebagai ungkapan rasa penghargaan dan terima kasih atas sumbangsih Prof. Dr. Moestopo kepada dunia kedokteran gigi di Indonesia.
Selain dari itu, Prof. Dr. Moestopo juga merupakan seorang pelopor perkembangan Ilmu Komunikasi (Publisistik) di Indonesia, karena beliau adalah pendiri Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pajajaran di Bandung dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) di Jakarta. Bahkan beliau tidak setuju dengan gagasan Menteri P dan K, Dr. Daud Yusuf untuk melebur Fakultas Ilmu Komunikasi menjadi salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial. Berkat proposal yang disusunnya bersama-sama dengan staf pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pajajaran dan dikirimkan kepada Menteri P dan K pada waktu itu, maka akhirnya Fakultas Ilmu Komunikasi tetap merupakan suatu Fakultas yang berdiri sendiri dan bukan merupakan salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial.
Prof. Dr. Moestopo memang gigih dalam mempertahankan Ilmu Komunikasi (Publisistik) di Indonesia, karena dalam masa gerilya dulu, Prof. Dr. Moestopo sudah menggunakan dan merasakan keampuhan Ilmu Komunikasi dalam perang rahasia melawan Belanda. Bahkan untuk menandingi War Correspondence School dari Belanda yang bebas masuk Indonesia, dr. Moestopo pada 1947 di Yogyakarta membentuk War Correspondence School yang muridnya antara lain Osa Maliki dan Dr. Umar Kayam.
Selain dari itu, Prof. Dr. Moestopo juga merupakan seorang pelopor perkembangan Ilmu Komunikasi (Publisistik) di Indonesia, karena beliau adalah pendiri Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pajajaran di Bandung dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) di Jakarta. Bahkan beliau tidak setuju dengan gagasan Menteri P dan K, Dr. Daud Yusuf untuk melebur Fakultas Ilmu Komunikasi menjadi salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial. Berkat proposal yang disusunnya bersama-sama dengan staf pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pajajaran dan dikirimkan kepada Menteri P dan K pada waktu itu, maka akhirnya Fakultas Ilmu Komunikasi tetap merupakan suatu Fakultas yang berdiri sendiri dan bukan merupakan salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial.
Prof. Dr. Moestopo memang gigih dalam mempertahankan Ilmu Komunikasi (Publisistik) di Indonesia, karena dalam masa gerilya dulu, Prof. Dr. Moestopo sudah menggunakan dan merasakan keampuhan Ilmu Komunikasi dalam perang rahasia melawan Belanda. Bahkan untuk menandingi War Correspondence School dari Belanda yang bebas masuk Indonesia, dr. Moestopo pada 1947 di Yogyakarta membentuk War Correspondence School yang muridnya antara lain Osa Maliki dan Dr. Umar Kayam.
Sumber : Buku Sejarah Berdiri dan Berkembangannya Yayasan Universitas Prof. Dr. Moestopo, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar